KAJIAN DAN PENYULUHAN
 PENINGKATAN PENGETAHUAN PETERNAK TENTANG JAMU UNTUK MENINGKATKAN BOBOT BADAN  DAN STAMINA PADA AYAM BURAS (Gallus domesticus) DI KAMPUNG PRAFI MULYA DISTRIK PRAFI
KABUPATEN MANOKWARI


Oleh :
 Alimin
Susan C. Labatar



Abstrak

 

Jamu atau obat tradisional tidak kalah khasiatnya dibandingkan dengan obat modern, bahkan situasi tertentu penggunaan obat atau jamu memiliki beberapa keunggulan diantaranya ialah praktis, mudah didapat, ekonomis dan tidak ada efek samping atau residu (Sarwono, 2005). Jamu yang terbuat dari campuran bahan-bahan tanaman obat tersebut mengandung antibiotika alami, yang dapat memperbaiki metabolisme tubuh dalam memperkuat kesehatan dan stamina daya tahan tubuh ternak, sekaligus meningkatkan nafsu makan. Selain itu juga meningkatkan efesiensi dan konversi penggunaan pakan serta perlindungan dan pencegahan berbagai penyakit ternak, (Sarwono, 2008).
Penelitian  ini dilaksanakan pada bulan April sampai bulan Juni 2015. Tempat kajian  dilaksanakan di komplek  STPP Manokwari, sedangkan penyuluhan di Kampung Prafi Mulya Distrik Prafi Kabupaten Manokwari Provinsi Papua Barat. Variabel yang diamati yaitu perubahan pengetahuan  peternak tehadap paket inovasi pembuatan jamu ternak untuk ayam buras (Gallus domesticus), dilakukan melalui Pre test dan Post test, bobot berat ternak pada waktu tertentu, serta efektifitas dari materi penyuluhan.
Hasil penelitian menunjukkan, terjadi peningkatan pengetahuan peternak  responden setelah dilakukan penyuluhan. Perubahan tingkat pengetahuan tersebut yaitu dari kriteria kurang menjadi baik dan hasil penyuluhan ini termasuk kategori cukup efektif.

Kata kunci :Kajian, Jamu, Ayam Buras

Abstract

            Herbs or traditional medicine is not inferior efficacy compared with modern medicine, even specific situations or the use of drugs has several advantages including herbs is a practical, easy to obtain, economical and no side effects or residue (Sarwono, 2005). The herbs are made from a mixture of ingredients such medicinal plants contain natural antibiotic, which can improve metabolism in health and stamina strengthen the immune system of livestock, and increase appetite. It also increases the conversion efficiency and the use of feed and the protection and prevention of various diseases of livestock, (Sarwono, 2008).
          This study was conducted from April to June 2015. The study was conducted in Manokwari STPP complex, while the extension in the village of Mulya District Prafi Prafi Manokwari Regency, West Papua Province. Variables observed that changes in knowledge innovation package tehadap breeder cattle herbal medicine for free-range chicken (Gallus domesticus), conducted through the Pre-test and Post test, the heavy weight of cattle at a certain time, and the effectiveness of extension materials.
          The results showed an increase in breeders respondent knowledge after counseling. Changes in the level of knowledge that is of less criteria into good, and the results of this extension is categorized quite effective.

Keywords: Assessment, Herb, Native Chicken


I.                   PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang
Dalam usaha ayam buras (Gallus domesticus) salah satu faktor yang menjadi penghambatan lajunya populasi dan sering menimbulkan kerugian ekonomi yang cukup besar adalah serangan penyakit. Hal yang sama ditegaskan oleh Endrakasi  (1996), bahwa kerugian yang ditimbulkan penyakit adalah berupa kematian yang tinggi, penurunan produksi telur serta daya tetas rendah dan pertumbuhan terhambat. Hambatan ini sering terulang  pada ayam buras setiap tahunnya karena wabah penyakit. Untuk mencegah tingginya tingkat kematian akibat serangan penyakit ayam buras salah satu dengan pemberian jamu ternak atau obat tradisional.
Jamu atau obat tradisional sudah dikenal dan digunakan diseluruh dunia sejak beribu tahun yang lalu (Bakri, 2002). Di Indonesia penggunaan obat alami yang dikenal jamu telah meluas hingga kini dan terus dilestarikan sebagai warisan budaya dan menjadi obat tradisional bukan hanya untuk manusia tetapi juga untuk ternak., hanya saja sosialisasi dan promosi  jamu untuk ternak kurang gencar dibandingkan dengan jamu untuk manusia. Jamu atau obat tradisional tidak kalah khasiatnya dibandingkan dengan obat modern, bahkan situasi tertentu penggunaan obat atau jamu memiliki beberapa keunggulan diantaranya ialah praktis, mudah didapat, ekonomis dan tidak ada efek samping atau residu (Sarwono, 2005). Jamu yang terbuat dari campuran bahan-bahan tanaman obat tersebut mengandung antibiotika alami, yang dapat memperbaiki metabolisme tubuh dalam memperkuat kesehatan dan stamina daya tahan tubuh ternak, sekaligus meningkatkan nafsu makan. Selain itu juga meningkatkan efesiensi dan konversi penggunaan pakan serta perlindungan dan pencegahan berbagai penyakit ternak, (Sarwono, 2008).

B.     Tujuan Penelitian
1.    Untuk meningkatkan pengetahuan peternak tentang pembuatan jamu ternak ayam buras (Gallus domesticus).
2.    Untuk meningkatkan  pertumbuhan bobot badan ayam buras (Gallus domesticus) setelah diberikan jamu ternak dan mengurangi tingkat kematian.
3.    Untuk meningkatkan efektifitas penyuluhan dan bagi peternak dapat menjadi referensi untuk membuat jamu ternak guna  menunjang usaha beternak yang lebih baik.



METODE

A.    Waktu dan Tempat
Penelitian  ini dilaksanakan pada bulan April sampai bulan Juni 2015. Tempat kajian  dilaksanakan di komplek  STPP Manokwari, sedangkan penyuluhan di Kampung Prafi Mulya Distrik Prafi Kabupaten Manokwari Provinsi Papua Barat.

B.     Metode
1.        Kajian
Kajian  dilakukan pada ayam buras umur 4 minggu sebanyak 14 ekor yang terbagi dalam  2 petak kandang dengan ukuran 120 cm x 50 cm, berisi 7 ekor ayam per petak. Sistem pemeliharaan secara intensif yaitu dengan menggunakan induk buatan melalui demonstrasi plot dengan dua perlakuan, yaitu   P0  =  Tanpa perlakuan dan  P1  =  Pemberian jamu ternak dengan dosis 3 ml per 1 liter air dengan pakan disesuaikan terkadang nasi kosong atau campur dengan sentrat (pakan tidak ditimbang) lama kajian selama 6 minggu.
2.        Pelaksanaan Penyuluhan
Pada kajian pelaksanaan penyuluhan tidak dilakukan pengambilan sampel, dalam hal ini petani peserta penyuluhan yang direncanakan berjumlah 18 orang, seluruhnya merupakan petani responden atau kelompok tani.

C.     Variabel dan Pengukuran
1.        Variabel yang diamati yaitu perubahan pengetahuan  peternak tehadap paket inovasi pembuatan jamu ternak untuk ayam buras (Gallus domesticus), dilakukan melalui Pre test dan Post test. Dengan demikian alat yang dipakai berupa 10 pertanyaan (quisioner) pilihan ganda serta demonstrasi pembuatan jamu ternak untuk mengukur kemajuan perubahan pengetahuan  peternak responden.
2.        Bobot badan merupakan berat ternak pada waktu tertentu. Bobot badan dapat diketahui dengan cara penimbangan setiap minggu. Data yang diperoleh kemudian dirata-ratakan dari hasil tersebut akan diketahui bobot badan. Rata-rata P0 = Tanpa perlakuan  dan P1= Perlakuan , pertambahan bobot badan dapat dihitung dengan cara sebagai berikut:  
                              B t - B t-ɪ        
              PBB =
                                  ∆







Keterangan:   B t   =  Bobot Badan pada Waktu  t
                      Bt-ɪ  =  Bobot Badan Sebelumnya
                      ∆      =  Interval Waktu
Rata-rata bobot badan bisa dihitung dengan cara sebagai berikut:
                                             bɪ + b2 +……+bn
             Bobot rata-rata =
                                     n

     Keterangan :   bɪ  =  Bobot Ayam ke 1
         b2  =  Bobot Ayam ke 2
         bn  =  Bobot Ayam ke n
         n    =  Jumlah Sampel

3.Evaluasi
Evaluasi perubahan pengetahuan diarahkan pada perubahan pengetahuan mengenai suatu topik yang menjadi materi penyuluhan. Untuk mengukur tingkat pengetahuan peternak diberikan quisioner 10 pertanyaan pilihan ganda dengan nilai tertinggi adalah 3 (tiga) dan terendah adalah 1 (satu), dengan menggunakan 3 (tiga) kriteria berdasarkan interval dan skor yang diperoleh dengan menggunakan rumus :
Skor Maksimal – Skor Minimal     =   Interval
                         3
Maka diperoleh nilai masing-masing responden untuk mengukur tingkat pengetahuan yang diinterpretasikan sebagai berikut:
1)    Nilai Maksimal
:
10 x 3 = 30
2)    Nilai Minimal
:
10 x 1 = 10

             Oleh karena itu tingkat pengetahuan petani dikategorikan kedalam kriteria berdasarkan rumus dengan interval nilai 6,67, jadi tingkat pengetahuannya dapat dikelompokkan dalam kategori :

1)        >23,34  –  30
Kategori
 Baik
2)        >16,67  –  23,34
Kategori
 Sedang
3)        10  –  16,67
Kategori
Kurang
Padmowihardjo, (1996), untuk mengetahui tingkat penguasaan materi  penyuluhan yang diberikan menggunakan rumus sebagai berikut :
Tingkat Penguasaan    =   Jumlah  Jawaban  Yang  Benar  X  100%
                                                  Jumlah  Pertanyaan

Maka kriteria untuk mengukur tingkat penguasaan terhadap materi penyuluhan yang diberikan adalah :
        1)   <  25%                      Kategori  Kurang efektif
        2)   >  25%  -  < 50%       Kategori  Cukup efektif
        3)   >  50%  -  < 75%       Kategori  Efektif
        4)   >  75%                      Kategori  Sangat efektif






HASIL DAN PEMBAHASAN
A.  Hasil Kegiatan Kajian
Hasil kajian menunjukkan P1 (perlakuan jamu) memiliki pertambahan bobot badan lebih unggul yaitu pertambahan bobot badan sebesar 2.280 gram (2,280 kg) dengan rata-rata 325,72 gram  selama VI (enam) minggu dan tidak ada ayam yang  mati (7 ekor), sedangkan  PO  (tanpa perlakuan jamu) memiliki pertambahan bobot badan dibawah yaitu 1.160 gram (1,160 kg) dengan rata-rata 193,33 gram  dengan waktu yang sama sedangkan  PO ada ayam yang mati pada minggu ke 5 (lima). Jadi ada selisih pertambuhan bobot badan  antara PO dan P1 yaitu 1.120 gram (1,120 kg).
Dari pengamatan ini pemberian jamu pada ternak ayam akan  mempengaruhi tingkat pertumbuhan bobot badan hal ini dikarenakan jamu berasal dari tanaman obat-obatan yang mengandung antibiotik alami yang dapat memperbaiki metabolisme tubuh dalam  memperkuat kesehatan dan stamina daya tahan tubuh, meningkatkan  nafsu makan, untuk mengurangi tingkat kematian atau ayam yang sakit  dan mengurangi bau kotoran ternak (Sarwono, 2005).
Dari hasil  kajian dan pengamatan  pemberian jamu ternak sangat perlu untuk pencegah berbagai penyakit mengingat iklim yang tidak menentu yang dapat menimbulkan  terjadinya serangan penyakit setiap tahunnya. Ada perbedaan antara PO dan P1 yaitu PO atau tanpa perlakuan jamu antara lain: a). Bulu ayam kelihatan kusam, b). Kurang agresif, c). Wajah ayam  kelihatan  pucat, d). Nafsu makan dan minum berkurang, e). Daya tahan tubuh lemah rawan terserang penyakit apalagi pada saat pancaroba , f). Bobot badan ringan, dan  g). Ada yang mati (14,28%). Sedangkan P1 atau perlakuan jamu antara lain: a). Bulu ayam kelihatan bagus tidak kusam, b). Ayam agresif, c). Wajah ayam kelihatan cerah atau kemerah-merahan, d). Nafsu makan dan minum meningkat, e). Stamina atau daya tahan tubuh bagus, f). Bobot badan bagus, dan g). Tingkat kematian  0% (tidak ada yang mati).

A.      Evaluasi Tingkat Pengetahuan
1.        Tingkat Pengetahuan Berdasarkan Tes Awal (Pre test) dan Tes Akhir (Post test).
Sebelum dilakukan penyuluhan terhadap peternak di kelompok tani Sumber Hasil diberikan tes awal guna untuk mengetahui tingkat pengetahuan peternak terhadap cara pembuatan jamu ternak. Setelah dilakukan tes awal maka karakteristik tingkat pengetahuan responden dapat dilihat pada Tabel 1.
Tabel  1. Karakteristik  Pengetahuan Responden dari Hasil Tes Awal (Pre test).
No
Kategori Nilai
Kriteria
Responden
Nilai
Pengetahuan
Jumlah
Persentase
Rata-Rata
1
>23,34 – 30
B
12
66,66
26,33
2
>16,67 – 23,34
S
3
16,67
19,33
3
10 – < 16,67
K
3
16,67
14
Jumlah

18
100
23,11
Sumber: Data Primer, 2015.
Keterangan:    B         =  Baik            ( >23,34 – 30 )
                        S         =  Sedang       ( >16,67 – 23,34 )
                        K         =  Kurang       (  10 – 16,67 )

Tabel 1 menunjukkan bahwa sebelum dilakukan kegiatan penyuluhan pengetahuan responden mengenai materi pembuatan jamu ternak pada ayam buras umumnya berada pada kriteria baik yaitu sebanyak 12 orang (66,66%) sedangkan  sebanyak 3 orang (16,67%) berada pada kriteria sedang dan 3 orang berada pada kriteria kurang (16,67).
Secara keseluruhan rata-rata tingkat pengetahuan responden sebelum pelaksanaan penyuluhan berada pada kriteria  sedang dengan rata-rata nilai Pre test 23,11.
Kemudian setelah dilakukan kegiatan penyuluhan mengenai materi ini dilakukan tes akhir (Post test) dengan maksud mengevaluasi seberapa besar peningkatan pengetahuan responden sekaligus untuk mengetahui seberapa besar tingkat adopsi terhadap materi penyuluhan yang diberikan. Karakteristik tingkat pengetahuan responden dan hasil tes akhir (Post test) seperti terlihat pada Tabel 2.
Tabel 2. Karakteristik Tingkat Pengetahuan Responden dari Hasil Tes Akhir (Post test).
No
Kategori Nilai
Kriteria
Responden
Nilai
Pengetahuan
Jumlah
Persentase
Rata-Rata
1
>23,34 – 30
B
17
94,44
28,35
2
>16,67 – 23,34
S
-
-
-
3
10 – 16,67
K
1
5,56
14
Jumlah

18
100
27,55
Sumber: Data Primer, 2015.                                                                                            
Keterangan:    B         =  Baik            ( >23,34 – 30 )
                        S         =  Sedang       ( >16,67 – 23,34 )
                        K         =  Kurang       (  10 – 16,67 )

Pada Tabel 2, terlihat bahwa setelah kegiatan penyuluhan dilaksanakan, pengetahuan responden mengenai materi pembuatan jamu ternak untuk meningkatkan  bobot badan  dan stamina berada pada kriteria baik yaitu sebanyak 17 responden dengan persentase (94,44%), dengan rata-rata 28,35 hal ini penggunaan materi dan media sangat mendukung sehingga mudah diadopsi oleh peternak dikelompok tani Sumber Hasil. 1 responden berada pada kriteria kurang dengan persentase (5,56%), faktor yang mempengarui responden ini yaitu faktor pendidikan (tidak sekolah) dan faktor usia (60 thn) tidak serius dalam menerima materi penyululuhan. secara keseluruhan tingkat pengetahuan responden terhadap materi penyuluhan setelah penyuluhan meningkat berada pada kriteria baik dengan nilai rata-rata (27,55%).

                                 

Efektifitas peningkatan pengetahuan responden sebagai hasil dari pelaksanaan kegiatan penyuluhan yang diikuti 18 responden dengan tes awal (Pre test) dengan nilai 416 dan tes akhir (Post test) dengan nilai 496 dengan skor maxsimal 540, responden mengalami peningkatan pengetahuan  sebesar 80 dan nilai kesenjangan sebesar 124, bahwa efektifitas penyuluhan yang diperoleh sebagai hasil dari kegiatan penyuluhan mengenai pembuatan jamu ternak untuk meningkatkan bobot badan dan stamina  diperoleh sebesar 64,51%. Dilihat dari tingkat efektifitas tersebut maka hasil penyuluhan ini termasuk kategori cukup efektif



KESIMPULAN DAN SARAN

A.      Kesimpulan
Berdasarkan hasil penyuluhan dengan materi pembuatan jamu ternak untuk meningkatkan bobot badan dan stamina, dapat disimpulkan bahwa,  peningkatan pengetahuan peternak  responden setelah dilakukan penyuluhan terjadi perubahan. Perubahan tingkat pengetahuan tersebut yaitu dari kriteria kurang menjadi baik dan hasil penyuluhan ini termasuk kategori cukup efektif

B.       Saran
1.       Peran penyuluh ini tidak terlepas juga bagi pemerintah daerah dalam hal ini Dinas terkait seperti badan penyuluhan pertanian harus ada perhatian guna untuk tercapainya masyarakat yang mandiri dan sejahterah dalam usahanya, khususnya usaha ternak ayam buras.
2.      Kepada peternak ayam buras di Kampung Prafi Mulya agar dapat memanfaatkan potensi sumber daya alam (SDA) dan potensi sumber daya manusia (SDM) dalam rangka meningkatkan tatalaksana pemeliharaan ayam buras yang lebih baik.









DAFTAR PUSTAKA

Agustina,  N. 2006. Jamu untuk Ayam Buras. Departemen Pertanian. Balai Pengkajian Teknologi Pertanian. Nusa Tenggara Barat.

Annonimous, 2006. Tentang Penyuluhan Pertanian, Perikanan, dan Kehutanan. Jakarta.

                      , 2007. Metode Teknik dan Media Penyuluhan Pertanian, Jakarta.
Anang, A. Suharyanto 2009. Panen Ayam Kampung dalam 7 Minggu Bebas Flu Burung.  Penebar Swadaya. Jakarta.

Bakir dan Maning, 1984. Angkatan Kerja di Indonesia. CV. Rajawali Press. Jakarta.
Ban Van Den A.W, dan H.S Hawkins, 1999. Penyuluh Pertanian. Kanisius. Yogyakarta.

Bakri, B. D. 2002. Uji Adaptasi Pemberian Jamu pada Ayam Buras Potong. BTP. Jakarta.

Dalimantha, 2005. Tanaman Obat di Lingkungan Sekitar. Penebar Swadaya. Jakarta.

Darmanti, dkk. 2006. Pertumbuhan  Jahe Empirit (Zingiber officinale var Rubrum) Pada Media Tanam Pasir Dengan Salinitas Yang Berbeda. Penebar Swadaya, Jakarta.

Haruna, S. dan Sumang. 2008. Pemanfaatan Jamu Sebagai Campuran Air Minum pada Ternak Ayam Buras. Jurnal Agrisistem, Juni 2008, Vol.4 No. 1.

Endrakasi, E.1996. Kesehatan Hewan. Universitas Terbuka. Jakarta
Kartasapoetra, 1992. Budidaya Tanaman Berkhasiat Obat Kunyit (kunir). PT. Rineka Cipta. Jakarta.
Kusnadi, T. 1993. Metode dan Teknik Penyuluhan. Universitas Terbuka. Jakarta
Kartika ,W. dan A. Said. 2003. Peluang Bisnis Ayam Ras dan Buras. Penebar Swadaya. Jakarta.
Karya Tani, T. B. 2009. Budidaya Tanaman Jahe. CV. Yrama Widya. Bandung.
Lestari, W, P. 2008. Perbedaan  EM 4 dan Starbio dalam Menurunkan Kadar TSS dan TDS Limbah Cair Batik Brotojoyo di Desa Pilang, Kecamatan Masaran Kabupaten Sragen. Universitas Muhammadiyah Surakarta (tidak dipublikasikan).
Mardikanto, T. 1993. Penyuluhan Pengembangan Pertanian. Sebelas Maret University Press, Surakarta.

Miranti, L. 2009. Pengaruh Konsentrasi Minyak Atsiri Kencur (Kaempferia galangal L.) Dengan Basis Salep Larut Air Terhadap Sifat Fisik Salep dan Daya Hambat Bakteri Staphylococus auecos Secara In vitro (tidak dipublikasikan).

Mahmudin, 2014. Penyakit dan Vaksinasi Tetelo (Newcastle disease) pada Ayam Kampung di Prafi Mulya Distrik Prafi. STPP Manokwari (tidak dipublikasikan).

Monografi Kampung Prafi Mulya, 2014
Padmowihardjo,  1996. Evaluasi Penyuluhan Pertanian. Universitas Terbuka, Jakarta.
Padmowihardjo, 2001. Metoda Penyuluhan Pertanian. Universitas Terbuka. Jakarta.
Parwata, O. A. dan Dewi, P. F. S. 2008. Isolasi dan Uji Aktifitas Antibakteri Minyak Atsiri dan Rimpang Lengkuas (Alpinia galanga L.). (tidak dipublikasikan).
Rismunandar. 1992. Kayu Manis. Penebar Swadaya. Jakarta.
Rukmana, R. 1995. Temulawak : Tanaman Rempah dan Obat.  Kanisius. Yogyakarta.
Rokhman , K.M, 2008. Metode Penyuluhan Pertanian Dinas Kabupaten Kebumen.

Rasyaf , M. 2009. Beternak Ayam Kampung.  Penebar Swadaya. Jakarta.

Soeharjo dan Patong, 1973. Sendi-Sendi Pokok Usaha Tani. IPB. Bogor.
Suriatna,1988. Metode Penyuluhan Pertanian. Sarana Perkasa. Jakarta.
Sakari, 1990. Teknik Penyuluhan Pertanian. Universitas Terbuka. Jakarta
Suhardiyono, 1992. Penyuluhan “Petunjuk bagi penyuluh Pertanian” Erlangga. Jakarta.




Komentar

  1. Harrah's Cherokee Casino & Hotel - Mapyro
    Harrah's 인천광역 출장안마 Cherokee Casino & Hotel in Cherokee, 경상북도 출장샵 NC is a casino and hotel located in 당진 출장샵 the 과천 출장샵 heart of the Great Smoky Mountains of 안동 출장마사지 Western North

    BalasHapus

Posting Komentar